Bening namaku, ketika senja bergulir di tigaratus
bulan yang lalu. Carut marut telah mengantarkan aku pada peristiwa reproduksi
spesies manusia. Tak ada yang berbeda, selain kenikmatan menjadi sesuatu yang
nyata dari objek mental sang ibu.
Tubuhku menjadi satu dalam kumpulan organ-organ
yang tak terbayangkan: kepala, mata, telinga, bibir, hidung, leher, perut,
payudara, tangan dan kaki serta berpuluh-puluh bentuk lain yang kusadari ikut
berjuang menjembatani nafas dalam kesempurnaan hidup.
Tangan-tanganku kecil, cerat-cerat membiru dengan
gumpalan daging yang pepal, semampai dengan kaki panjang dan leher jenjang,
mata yang bulat besar dengan bibir dan hidung proporsional. Belakangan ku tahu
bahwa rambutku tak berwarna hitam atau putih, coklat atau pirang, melainkan
transparan seperti plastik tembus pandang, bersih mengkilap, bening seperti air
yang berasal dari bongkahan terdalam perut bumi yang tersembunyi.
Tak penting. Segalanya hanyalah bentuk jika
semuanya diadakan dengan segala yang nyata. Beruntunglah telah menjadi sesuatu
yang ada. Hidup merupakan pergerakan yang kontinyu serta merta bukan mustahil
semua yang ada pada tubuhku akan hilang dan muncul.
Dorongan berkembang, setiap pertumbuhan adalah manifestasi
memori-memori oral, yang
berasal dari tekanan yang dialami akibat dari intensitas, akan pemenuhan yang harus diberikan pada kondisi
stabilitas, dari keadaan
psikis manusia.
Aku tak berfikir menyesal mengalami semuanya.
Hingga representasi mental yang kualami diwujudkan oleh keinginan, nafsu, kebutuhan dan rasa. Hingga
sesuatu yang luar biasa adalah menjadi biasa. Aku makan segala makanan, hanya
saja aku tak menyukai minuman yang berwarna selain air bening. Titik.
Berlalu tentang aku, segala yang menjadi identitas
adalah pembeda, masa-masa perkembangan adalah hal yang paling aneh. Tumbuh
telah membuat aku kerdil dalam jasad yang kotor, hiruk pikuk dan kumuh. Tapi
ini lebih baik daripada tidak menjadi apa-apa.
Hal terindah adalah gelap dan pekat, di mana tubuhku menjadi seperti awan
hitam yang menuai badai, membuat petaka dari carut marut seperti ketika aku
keluar dari rahim sang mulia: menangis dengan simbahan darah dan pengaduan
nyawa,dan entahlah ibu yang mana yang melahirkan ku.
Menjadi buih dan racun, menyelusup dalam
kantung-kantung proteksi manusia, menjadikannya hancur luluh lantah hingga tak
bisa disatukan lagi antara otak, usus dan daging-dagingnya. Berhentilah aliran
darah kemudian mati!
Atau paling tidak menyulapnya menjadi sekedar batu
yang bisu. Namun mimpi-mimpi itu adalah kekuatan untuk mencintai apa-apa yang
kusentuh. Menjadi beda bukanlah kelainan, namun itu telah terlampir dalam
bayangan berjalan di otakku, rapi dan rinci membentuk skenario panjang tanpa
ujung.perjalanan hidup.
Aku suka dengan simbahan darah tapi benci tangisan
sebab itu telah membuat tubuhku kaku. Pilu dan luka adalah hal yang kubenci itu hanya menjadikan otot-ototku lemas.
Entahlah, aku benci segala yang membuatku lemah. Aku tak ingin karam sebelum
tenggelam, lebih baik aku jauhi segala yang baik: kelembutan, kehangatan, kasih
sayang, atau sekedar sentuhan. Aku benci dengan benci yang panjang dengan
tangis yang menggumpal menjadikan energi yang akan membunuh siapapun secara
perlahan.
Tak ingin rasanya aku mengalami keanehan dengan
senyum atau sapa yang hanya berakhir dengan cerca dan oceh pada apa yang mereka
lihat. Itu naif! Tak pernah memahami apa-apa yang menjadikan. Aku tak butuh
pertanyaan mengapa dan bagaimana. Menjadi ya menjadi. Aku dengan segalaku yang
tak pernah dipikirkannya.
Berlalu, aku telah menjadi satu dalam tubuh yang
tak ingin rapuh. Hingga sunyi dan malam menjadi cinta bagiku selamanya. Aku
tak ingin menjadi apa-apa, aku masih tetap ingin bening meski hidup dalam
kubahan yang kotor sebagai generasi yang terbuang dari kumpulan
masyarakat bahkan peradaban.
Menjadi Bening sudah cukup
tak ingin aku mengadili siapapun meski tak pernah ku tahu asal usulku.
Setahuku Tuhan menjatuhkan aku begitu
saja ditempat ini.Tempat terkutuk yang di nistakan orang tapi ternikmat bagi orang-orang yang kesepian.
11 November 2007 (Bali)
Tidak ada komentar
Posting Komentar