Idea-idealy

Create and share all of ideas

Di Bawah Kaki

Share:


1.UNTUK YANG DATANG
Untuk yag datang di jeda 2 purnama
Mengetuk hamparan kosong
Pelataran nurani tanpa permisi
Hati hendak menyambut
Dua tangan kokoh yang menjulur kaku
Namun akupun takut akan hati yang kaku
Jika saja dua tangan itu mampu pahami
Dan mengubah
Kematianku menjadi kehidupanku
Atau memalaikatkan diriku yang mengiblis
Dirinya yang memalaikat atau dirinya yang mengibils
Maka aku rela 6 purnama ditinggalnya
Menjadi nafas di kedua telapak tangannya yang kaku.
8 Juni 03

2.TANPA BEBAS

Sepanjang mata memandang
Mencari sesuatu yang tampak
Lebih luhur daripada Nya
Menguak yang ada di balik kedamaian
Bahkan di belakang sesuatu yang kita sebut Tuhan
Keadaan tanpa waktu
Sesuatu yang tak bisa terganggu
Oleh akal budi dan naluri
Oleh alam sekitar atau kebusukan hati
Hening....
Asap rokok yang mengepul
Mencari kebalikan dari keadaan
Kita yang sebenarnya bukanlah pula jawabnya
Bukan pula diagnosa buatan
yang di sodorkan sebuah sistem
Pengkodisian telah mengikat
Menjadikan batu
Tanpa rasa tanpa makna tanpa peka
Tanpa bebas
Menjadikan rupa tak lebih dari hasil
Propaganda ribuan tahun yang lalu
Hanyalah serpihan fosil yang pantas di musiumkan.
18 Februari 03

3.BUNGA GUNDUL WARNA UNGU

Telah ku katakan pada bunga gundul warna ungu
Yang ku letakan di atas meja kayu,
Pertanda aku datang
Setengah hari ku tunggu di sofa ini
Hingga kantuk memaki-maki
Ada yang salah memang, saat kutatap
Pohon tua di tepi jendela
Dia ikut tertawa hingga daunnya berjatuhan
Iya! Kau benar memang aku menunggu tampa dia tahu
Diamlah!!!
Telah ku bisikan rahasia ini pada lemari kayu
dan lukisan yang menggantung
Di belakang pintu yang membatu
( Sebab pintu selalu terkunci dan hanya 2 atau 3 orang
yang dapat membukanya)
Kau benar! Jika ku tunggu terus percuma saja
Dia tak akan datang, sebab dia tak tahu aku datang
Lalu, hingga kapan aku menunggu?
Sudah 2 purnama aku datang
Membereskan buku, merapikan ruangan
Tetap saja aku di biarkannya duduk menunggu
Ah, sudahlah aku telah di amuk jera!!
Bunga gundul warna ungu,
Tembok putih,
Sofa merah,
Buku yang menumpuk,
Pada naskah yang tercecer di laci lemari,
Meja kayu dan pohon tua
yang selalu mengintipku dibalik jendela
Aku pamit, mungkin kau benar dia tak akan datang
Sebab jarak yang panjang
Aku harus pergi dari menunggu dan meragu
( Sebab mungkin datang nya pun belum tentu untukku)
9 Juni 03

4.HILANG

Telah ku bunuh diriku untuk mempunyai
Setengah perjalanan nampak koyak
Sebentar saja tertinggal
Sebentar pula terlempar
Menguak 6 Purnama
Terlewat tanpa wujud
Mengeringkan sisa telaga bening
Yang mencerca di batasan bening
Menyeruak pusaran tulus
Mencacinya dengan puji
Apalah arti mutiara yang di beri
Yang di jatuhkannya di hamparan pasir
Kilaunya akan lenyap di perbatasan waktu pencarian
28 Mei 03
5.HASRAT
Ia adalah jarum hipodemik bagi setiap api hati
Mendobrak sekian pagar jiwa
Segalanya telah wajar dan terwajarkan

Hampir menjadi segala dari segalanya

Aku menyerah dalam bulatan pelaziman
Tubuh-tubuh telah menjadi kita
Menyergap semua nilai
Menggantung norma
Dan kian terkutuk sebuah janji
Keberadaan yang pasrah
Demikian aku lemah olehnya
Kutukan kian memaki
Namun makian kian mengagung
21 Mei 03
6.BAHWA DENGAN CINTA
Pencinta yang menjalani penderitaan di perjalanan cintanya
Adalah insan yang menemukan kenikmatan
Senikmat-nikmatnya cinta Tuhan
Bahwa penderitaan dan luka hanyalah..
Pintu menuju kebahagian sejati seperti halnya

Kematian yang menjadi syarat kehidupan sejati

Terdapat sejuk dan damai pada nafas sang pencinta
Meski di depan adalah bara api dan pengkhianatan
Segala nyata hanyalah tipuan menuju ketiadaan
Bahwa dengan cinta.....
Segala yang tersentuh adalah kekasih.
12 Mei 03
7.PAGI DI KABUT JOGJA
Pagi ini pagi yang kesekian, membeku di amuk dingin
Pertautan membangunkan hati,
Dan hatiku sempat tertinggal di sini...
Diantara kejawen dan kultur kolot
Merebah dalam pundak pelukis
Membelah wangi dupa yang menusuk
Sepeda tua dan sesajen,
Wanita setengah baya yang gagah
Memacu hidup dengan bakulnya
Hamparan kemboja bangkitkan tradisi religi,
Disinilah indahmu Jogya !!
Sahaja yang teramat mewah.
Jalanmu jalan bermakna. Warnamu kian gemerlap
Tak ada macet bagi sebuah Bangunharjo
Tak ada amuk di sekitar pasar Nyoto
Ramainya Malioboro
Bukan dentuman sebuah teroris atau amukan perang
Dan coba tengoklah di timur jalan!!
Pawai itu mengejek dengkur
Pagi buta kereta tua terbatuk-batuk ,
Sang kakek melawan hidup !!
Nampak hebat dengan bendo di kepala
Lirih terdengar syair lagu “suwe ora jamu mas …”
Dan sang kakek menawarkan gigi tuannya ke arahku
Ya!! Tepat ke arahku.” Pagi mbak yu, sayur nya mbak!”
Aku terpana ku tatap wajah keriput itu
Aku membentak diriku yang mematung.
Tanpa senyum ku menggeleng
Ya…aku bangga pada mu, Kek
Kau nampak gagah meski kau lebih pantas
Meringkuk di panti Jompo!!
Ya,, !! Hatiku tertinggal di kabut Jogja
Diantara romantisme sang penyair
Ketakmungkinan kian mungkin
Semilir sejuk hamparan sempurna biru,
Menepakan kalbu bisuku pada Parangtritis yang berbisik
Tangan kokoh di pundakku
Beri warna pada gelombang
Pada karang,
Karang setiaku padanya yang terkikis
Oleh deburan yang maha halus.
Luluh camar teriakan hentakan langit.
Pasir-pasir berkejaran terinjak kuda jantan perkasa,
Membawa pasangan bahagia
Menginjak sunyi, merajai jiwa
Dan semakin memperkosa setiaku .
Aku masih ingin di sini
Hatiku masih ada di sini
26 Oktober 02
8.PADA YANG SEBENARNYA
Malam menghantarkan ku pada redup sinar matanya.
Pada yang sebenarnya
Merindu dalam ketukan tak bernada.
Kalut menghilang entaskan sukma
Dalam dekapan sang laki-laki
Melingkari pada lingkarannya
Usangnya sebuah angkuh yang sombong
Memaki busana lepas tertendang
Matanya penuh nikmat, matanya penuh hasrat
Gemerincik hati kecil
Beku yang hangat
Nafas kian memacu, nafasnya kian memburu
Bukan lagi aku dan dia
Telah menjadi kita
Dan norma terbungkus dengan keringatnya
26 Juli 02
9. Mawar Dan Setia (1)
dia mendatangiku dengan
seikat mawar di tangan
sekilas senyum dingin merebak
membangunkan degup
hampir tenggelam
dengan seikat mawar merah
mendobrak angkuh
jiwa beku,lidahku terkunci
dan organ tubuhku mati.
18 Januari 03
10. MAWAR DAN SETIA ( 2)
Dia mendatangiku lagi
Dengan seikat mawar di tangan
Sebuah kehadiran yang salah
Perisai angkara teduh
Tercabik dalam wujud berupa sesal di ujung waktu
Dirinya mengetuk harum
Dalam kebisuan, dia menatapku
Menyapa biduk keruh kelopak setiaku padanya
Menyisihkan sedikit hati pada hati sang mawar
Nampak di kelopak matanya laut dangkal yang dalam
Kelam!! Sebab setiaku menikam mawarnya!!!
Mengutuh harumnya menjadi aroma bangkai
Pertegas kecongkakan diri ,
Perisai angkara teduh
Tercabik dalam wujud berupa sesal di ujung waktu
Dirinya mengetuk harum
Dalam kebisuan, dia menatapku
Menyapa biduk keruh kelopak setiaku padanya
Menyisihkan sedikit hati pada hati sang mawar
Nampak di kelopak matanya
Laut dangkal yang dalam
Kelam!!
Sebab setiaku menikam mawarnya!!!
Mengutuk harumnya menjadi aroma bangkai

19 Januari '03





Tidak ada komentar

Manajemen Strategi

Manajemen Strategi Menurut David (2005), analisis lingkungan internal dan eksternal perlu dilakukan sebagai landasan organisasi untuk mene...